Cari Blog Ini

Jumat, 25 Maret 2016

PENANGKARAN TYTO ALBA

Diantara sekian banyak burung hantu, spesies Tyto Alba/Barn Owl terbukti paling efektif untuk mengendalikan hama tikus. Selain itu, burung hantu ini memiliki beberpaa kelebihan, antara lain :

1. Memiliki ukuran tubuh relatif lebih besar daripada spesies burung hantu yang lain.
2. Memiliki kemampuan membunuh dan memangsa tikus cukup baik.
3. Mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
4. Cepat berkembang biak.

A. Perkembangbiakan Alami

Dalam satu tahun, burung hantu ini mampu bertelur sebanyak dua kali, yakni pada bulan Mei sampai Juli. Telur-telurnya ditempatkan di dalam lubang pohon yang tinggi, bekas sarang burung pemangsa yang lain, atau pada bangunan. Jumlah telur bervariasi antara 5-11 butir/induk/musim kawin. Ukuran telur jenis burung hantu ini lebih kecil seikit daripada telur ayam kampung dan cangkang telur berwarna putih. Telur sejumlah 5-11 butir tersebu dihasilkan dalam jangka waktu 2-3 minggu karena tidak setiap burung ini bertelur. Masa peletakkan telur berlangsung setiap 1-3 hari sekali.

Ketika telur yang dihasilkan telah berjumlah 3-4 butir, burung hantu Tyto Alba mulai mengerami telurnya sambil terus kawin dan bertelur. Jenis burung hantu ini akan berhenti bertelur setelah jumlah telurnya mencapai 11 butir. Karena masa bertelur dan mengerami berbeda, maka masa penetasan telur menjadi tidak seragam. Telur pertama hingga telur keempat biasanya menetas secara bersamaan karena masa pengeramannya dimulai pada waktu yang sama. Sedangkan telur kelima hingga telur paling akhi, masa tetasnya akan mundur masing-masing 2-3 hari. Dengan demikian, waktu penetasan telur menjadi lama, yakni sekitar satu bulan.

Perbedaan masa tetas menyebabkan tingkat pertumbuhan tiap kelompok penetasan berbeda. Anak tertua biasanya paling kuat makan dan selalu menang dalam berebut pakan. Sedangkan anak termuda selalu kalah sehingga tubuhnya paling lemah di bandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Akibatnya, pertumbuhan anak burung yang termuda sering terganggu, bahkan sering tumbuh kurang normal atau mati.

Dari sekian banyak telur yang dihasilkan, terkadang banyak pula telur yang tidak menetas (keberhasilan penetasan 0-100%). Kegagalan penetasan telur biasanya terjadi pada saat rawan pangan karena waktu untuk mengeram digunakan untuk mencari makan. Namun kegagalan penetasan telur juga dapat disebabkan oleh kanibalisme induk, suhu, dan kelembaban udara  yang ekstrim, serta serangan hama ataupun penyakit. Sifat kanibalisme induk sering muncul pada saat paceklik, yakni pada saat tikus sukar didapat. Anak yang paling lemah dan terkecil umumnya sering menjadi sasaran sifat kanibalisme induknya, kemudian menyusul anak yang agak kuat. Bila kerawanan pangan terus berlanjut, maka seluruh anak yang dihasilkan akan di makan semuanya.
Perkembangbiakan burung hantu Tyto Alba sangat dipengaruhi oleh populasi tikus sebagai pakan alami. Jumlah burung muda yang berhasil mencapai umur dewasa sekitar 3-4 ekor. Rendahnya angka populasi burung hantu antara lain dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan dan keamanan lingkungan alamnya.

Bila anakan burung hantu dapat hidup dan tumbuh dengan selamat, maka pada saat mencapai umur sekitar 2,5-3 bulan burung hantu muda tersebut akan segera meninggalkan induk dan saudara-saudaranya untuk mencapai tempat baru. Pada usia sekitar 8 bulan, burung hantu muda ini mencari pasangan hidupnya. Selanjutnya, mereka akan kawin dan berkembang biak terus menerus setiap 4,5-5,5 bulan sekali.

B. Perkembangbiakan Buatan

Burung hantu dapat dikembangbiakan dengan cara ditangkarkan. Penangkaran burung hantu ini membutuhkan kandang yang cukup luas, sarang yang menyerupai habitat aslinya, ketersediaan tikus yang cukup sebagai bahan pakan. Dengan ketersediaan tikus yang cukup, maka burung hantu yang ditangkarkan dapat memperoleh makanan minimal 2 ekor tikus setiap hari untuk satu ekor burung hantu.

Dilihat dari prospek, tingkat kebutuhan tiap areal pertanian, permintaan, dan biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian tikus, maka penangkaran burung hantu dapat menjadi peluang usaha yang menguntungkan. Di samping itu, cara budidaya, biaya perawatan, dan pemelihaaraannya relatif murah. Adapun persyaratan yang harus diperhatikan dalam menangkarkan burung hantu adalah sebagai berikut.

1. Pemilihan Bakalan untuk Induk

Anak (bakalan) burung hantu yang hendak ditangkarkan minimum sudah berumur 3 bulan atau sudah dapat di pastikan bahwa anak burung hantu tersebut adalah jantan atau betina. Ciri-ciri burung hantu jantan adalah bulu leher depan berwarna putih berbintik hitam dan ukuran tubuhnya kecil. Sedangkan ciri-ciri burung hantu betina adalah bulu leher depan berwarna kuning berbintik hitam dan ukuran tubuhnya lebih besar daripada yang jantan.

Penjodohan induk jantan dan betina dilakukan dengan melepas beberapa pasang burung hantu dalam kandang penangkaran (polier/aviary) yang cukup besar. Burung hantu tersebut biasanya akan memilih pasangannya sendiri-sendiri. Penjodohan secara paksa tidak dianjurkan karena burung hantu mudah sekali mengalami stress.

2. Kandang Penangkaran Burung

Kandang penangkaran (polier/aviary) untuk burung hantu dapat dibuat dengan konstruksi besi berpagar anyaman kawat berukuran 1,5 cm  x 1,5 cm. Ukuran kandang penangkaran yang ideal untuk burung hantu adalah 2m x 3m x 4m. Kandang penangkaran tersebut sedapat mungkin berada pada tempat yang sejuk dan jauh dari keramaian.

Kandang penangkaran perlu di lengkapi dengan pagupon/nestbox/rumah burung, tenggeran, dan tempat minum. Pada bagian alas dan pinggir kandang penangkaran diplester dengan pasir semen dan di beri tembok stinggi 0,5m. Konstruksi kandang seperti ini akan memudahkan pekerja untuk membersihkan kotoran dan mencegah tikus yang diberikan kepada burung lari keluar kandang. @din

Tidak ada komentar:

Posting Komentar